Kiat Jitu Instalasi Distro Linux
Pertanyaan sebenarnya adalah berapa banyak memori (RAM) yang terpasang di PC Anda? Distribusi seperti Fedora menetapkan syarat minimal RAM sebesar 192 MB agar mode grafis bisa digunakan. Dengan demikian, ada baiknya memulai instalasi pada mode teks (text mode) jika RAM yang dimiliki tidak sebesar nilai minimum yang disyaratkan. Untungnya Fedora akan langsung beralih pada mode teks jika terdeteksi RAM lebih kecil dari 192 MB.Pemilihan mode teks juga dipilih karena alasan lainnya. Harus diakui bahwa mode teks relatif mempercepat proses instalasi karena PC tidak dibebani tampilan layar yang beraneka ragam. Tentu saja, sebagai konsekuensinya, Anda hanya bisa menggunakan keyboard sebagai alat navigasi menu, berbeda halnya dengan mode grafis yang bisa memakai mouse maupun keyboard.
Mode teks juga meringankan beban prosesor jika Anda melakukan instalasi ke dalam virtual machine, misalnya lewat bantuan Qemu atau VMWare. Emulasi tampilan grafis adalah satu dari sekian hal yang sulit dioptimilkan oleh emulator sehingga menjadi beban ekstra di luar beban simulasi prosesor dan RAM.
Memilih Struktur Partisi
“Ah gampang, bikin satu partisi sebesar mungkin dan mount sebagai root!”. Anda memakai prinsip yang sama? Mungkin saatnya memikirkan ulang apakah ini alternatif terbaik buat Anda. Membuat partisi sebenarnya ditentukan oleh beberapa faktor:
1. Seberapa besar ruang kosong yang tersedia pada disk.
2. Bagaimana data dipilah-pilah.
3. Apakah Anda hendak membuat partisi swap? Apabila ya, seberapa besar dan seberapa banyak?
● /tmp
● /var
● /boot
● /opt
● /usr
Karena /var biasanya menampung file-file log, pengguna mahir biasanya berpikir untuk menempatkannya pada partisi tersendiri agar memudahkan proses backup atau pengarsipan (biasanya lewat program rotasi log). Partisi /boot menarik dipertimbangkan sebagai area tersendiri karena secara teknis berisi file kernel atau file-file sejenis yang dibutuhkan pada proses booting. Pada PC dengan sistem BIOS era tahun 90-an dan sebelumnya, partisi /boot biasanya diletakkan pada lokasi 8GB pertama dari hard disk untuk mengatasi masalah pengalamatan sector.
Khusus untuk partisi root (dan partisi /boot jika terpisah), pemilihan tipe sistem file termasuk sesuatu yang patut diperhatikan. Aturan terpenting adalah jangan menggunakan sistem file yang tidak didukung oleh bootloader. Berhubung bootloader yang umum digunakan dalam sistem Linux adalah LILO atau GRUB, otomatis ada catatan untuk tiap loader:
- Untuk LILO, tipe sistem file tidak berpengaruh. LILO mencatat nomor sektor tempat kernel diletakkan berdasarkan konfigurasi yang ada pada dile /etc/lilo.conf. Selama posisi kernel yang hendak di-boot tidak berubah, kernel bisa di boot.
- GRUB menggunakan modul pembaca sistem file untuk membaca dan memuat kernel ke RAM. Konsekuensinya, sistem file yang tidak didukung oleh modul GRUB tidak bisa dibaca. Efek yang sama juga terjadi jika ada perubahan format sistem file, seperti yang baru-baru ini terjadi pada sistem file ext2 yang memperkenalkan struktur inode sebesar 256 byte, padahal GRUB hanya bisa mengenali ext2 yang menggunakan besaran inode 128 byte.
Salah satu pertanyaan yang kerap membingungkan pengguna adalah pilihan untuk menentukan penempatan boot loader (misal GRUB) saat instalasi. Pilihannya ada dua, yaitu pada Master Boot Record (MBR) atau sector pertama partisi boot. Pada Fedora, loader di-install ke MBR secara default.Konsekuensinya, software loader lain akan tertimpa oleh GRUB. Pada skenario dual booting, hal seperti ini mungkin bukan yang Anda kehendaki karena sebenarnya Anda punya alternatif lain. Kalau GRUB bisa mem-booting Windows, misalnya XP, sebaliknya NT Loader (nama formal dari loader milik Windows) sebenarnya bisa saja mem-booting Linux.
Apabila alternatif kedua yang diinginkan, Anda harus memilih “configure advanced boot loader options” lalu pilih “First sector of boot partition”. Tentu saja, dengan memilih opsi ini, Linux nantinya tidak bisa langsung di-booting. Anda perlu melakukan setting tambahan di konfigurasi NT Loader yang sayangnya tidak dapat CHIP bahas di tulisan ini.
Tahapan yang mungkin menjadi pertanyaaan Anda berikutnya, perlukah memasang password untuk boot loader? Password ini sebenarnya untuk melindungi perubahan parameter saat booting. Untuk pengguna rumahan, fasilitas password ini mungkin tidak terlalu diperlukan. Akan tetapi, untuk suatu organisasi, misalnya untuk PC kantor, opsi ini mungkin dibutuhkan. Tandai opsi “Use a boot loader password” lalu klik “Change password”. Masukkan password yang diinginkan dua kali dan GRUB akan diset sesuai input tersebut.
Pengesetan Jaringan
Apabila PC yang di-install Linux terhubung ke sistem LAN (Local Area Network), cek apakah ada server atau perangkat tertentu (contohnya ADSL router) yang menyediakan fungsi DHCP (Dynamic Host Control Protocol). Apabila ada, sebaiknya set ethernet card agar menggunakan DHCP. Nantinya, DHCP yang akan mengalokasikan alamat IP untuk PC Anda berikut atribut lain seperti alamat gateway, nama host, serta server DNS.
Namun, bagaimana jika di dalam LAN tidak ada DHCP atau Anda ingin melakukan setting manual? Berarti Anda harus menentukan alamat IP yang tepat. Cobalah berkonsultasi pada administrator jaringan untuk menanyakan hal-hal berikut:
Range IP address
Subnet mask
Misalnya, Anda mengetahui bahwa digunakan IP address berkepala 192.168.1 dengan subnet mask 255.255.255.0. Berikutnya perlu diketahui alamat mana yang masih tersedia agar tidak terjadi bentrok alamat. Apabila alamat 192.168.1.1 sampai dengan 192.168.0.1.20 sudah terpakai, logisnya gunakan angka 21 ke atas. Perhatikan bahwa angka tertinggi untuk tiap oktet ( IP terdiri atas emapat angka yang dipisahkan tanda titik, masing-masing disebut oktet) adalah 255. Itupun bukan berarti angka 255 bisa dipakai karena angka tersebut menandakan alamat broadcast dengan asumsi subnet mask 255.255.255.255. Jadi, maksimum yang bisa digunakan adalah 254.
Sedikit catatan untuk Anda yang memilih setting “System clock uses UTC”. Saat di-reboot ke Windows, jam sistem akan menjadi tidak tepat lagi. Ini disebabkan Linux melakukan modifikasi langsung ke chip clock pada motherboard dan Windows membaca nilai tersebut, tetapi mengonversikannya ke time zone lokal. Solusinya adalah tidak memakai UTC jika Anda melakukan dual booting.
Pertanyaan ini mungkin dihadapi oleh Anda. Manakah yang lebih baik, meng-install semua sekaligus atau meng-install minimal baru ditambah kemudian? Tidak mudah menjawab pertanyaan yang satu ini. Beberapa orang memilih prinsip install sebanyak mungkin selama masih ada ruang kosong di disk, sementara lainnya memilih minimal karena instalasi Linuxnya hanya digunakan untuk keperluan spesifik semisal dijadikan web server.Untuk pengguna desktop disarankan memilih setidaknya group paket berikut:Office productivity
Sound and Video
Editors
Graphical Internet
Salah satu dari KDE atau GNOME
desktop environment
Printing Support
Dial Up Networking support
(jika Anda pemakai dial up)
Untuk melakukan pemilihan spesifik, pilih menu “Customize Now” saat layar pemilihan instalasi paket dirampilkan. Item-item di atas bisa Anda temui dengan mengamati satu persatu grup paket yang ditawarkan pada layar berikutnya setelah Anda menekan tombol Next.
Upgrade memiliki sisi positif, yaitu Anda tidak perlu melakukan backup data karena proses upgrade hanya memperbaharui versi paket-paket resmi Fedora yang telah terpasang. Opsi ini pun memiliki kekurangan. Proses upgrade tidak pernah dijamin 100% tanpa cacat sehingga pada kemungkinan terburuk, sistem Linux Anda bisa saja menjadi tidak bisa di-boot.
maaf Sob, sekedar koreksi
kayanya HTML translate anda perlu di benerin tuh,
tadi saya klik ga bisa di translate,
salam kenal dari http://bakulatz.wordpress.com/
$ makasih gan tas sarannya,….heheheheh